Tampilkan postingan dengan label mikrobiologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mikrobiologi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Juli 2018

Perbedaan Prebiotik dan Probiotik

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.



Tubuh manusia mengandung berbagai macam bakteri, salah satunya pada sistem pencernaan. Berbagai jenis bakteri ini ada yang memiliki sejumlah manfaat bagi fungsi tubuh manusia, misalnya seperti mikroba pada usus yang mampu membantu proses pencernaan makanan. Perbedaan probiotik dan prebiotik dijelaskan sebagai berikut:

Probiotik adalah mikroba hidup yang dikonsumsi dalam jumlah cukup dan dimanfaatkan sebagai tambahan makanan atau suplemen tambahan yang berpengaruh positif bagi inang dengan meningkatkan keseimbangan mikrobial pada saluran pencernaan. Bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik yaitu Lactobacillus, Bifidobacteria dan Streptococci, ketiga bakteri ini merupakan bakteri asam laktat yang paling umum dari mikrobiota saluran pencernaan manusia dan dapat meningkatkan respon sistem imun dan menghambat pertumbuhan patogen pada saluran pencernaan inang (Azhar Mihda,2009). Organisme yang digunakan sebagai probiotik adalah mikroorganisme yang tidak bersifat patogen bagi inang. Produk pangan probiotik yang telah banyak beredar di masyarakat antara lain produk susu fermentasi oleh bakteri asam laktat seperti yoghurt, yakult, kefir dan dadih.

Prebiotik adalah beberapa senyawa natural dalam makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus namun menghasilkan pengaruh menguntungkan terhadap inang dengan cara menstimulasi pertumbuhan mikroba ‘baik’ yang jumlahnya terbatas pada saluran pencernaan secara selektif, sehingga dapat meningkatkan kesehatan inang. Senyawa-senyawa prebiotik golongan non-digestable karbohidrat antara lain selulosa, inulin, fructo-oligosaccharida (FOS), trans-galactooligosacarida (TOS), lactulosa dan soy oligosaccharida menjadi sumber karbohidrat bagi bakteri baik dalam saluran pencernaan. 

Haryati (2011) menyatakan bahwa prebiotik dapat menjadi sumber energi dan nutrien bagi mukosa usus serta dapat pula menjadi substrat untuk fermentasi bakteri baik dalam memproduksi vitamin dan antioksidan yang dapat menguntungkan inangnya. Suatu kandungan pangan dapat diklasifikasikan sebagai prebiotik apabila memenuhi persyaratan berikut; Pertama, tidak terhidrolisis atau terserap pada saluran pencernaan bagian atas; Kedua, dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri yang menguntungkan pada kolon secara selektif; dan ketiga, dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen, sehingga secara sistemik dapat meningkatkan kesehatan.

Keberadaan berbagai jenis bakteri di saluran pencernaan tidak bisa dihindari. Masalah akan timbul apabila ‘bakteri jahat’ atau bakteri patogen (penyebab penyakit) jumlahnya menjadi lebih tinggi dibandingkan ‘bakteri baik’, contohnya apabila bakteri enteropatogen seperti E. coli dan Salmonella typhii tumbuh pesat maka akan menyebabkan diare.

Menjaga dan meningkatkan kesehatan adalah sesuatu yang sangat penting. Hal ini dapat diwujudkan salah satunya dengan cara mengkonsumsi suplemen tambahan seperti bakteri baik dalam probiotik dan nutrisi yang dibutuhkan oleh probiotik yaitu prebiotik agar bakteri baik berkembang baik dalam saluran pencernaan sehingga menekan pertumbuhan bakteri jahat. Bakteri jahat yang umumnya ditemukan di saluran pencernaan seperti E. coli dan H. Pylori. Berbagai senyawa hasil metabolisme ‘bakteri baik’ seperti asam laktat dan bakteriosin bersifat antimikrobia bagi ‘bakteri jahat’. Bakteri-bakteri asam laktat ini mampu meringankan tugas organ hati dengan mengikat senyawa racun hasil metabolisme lemak dan protein.

Penulis: Arista Suci Andini, M. Si.

Referensi:
  1. Azhar, Mihda.2009.Inulin sebagai Prebiotik. SAINSTEK. vol XII, No. 1
  2. Haryati, Tuti.2011.Probiotik dan Prebiotik sebagai Pakan Imbuhan Nonruminansia. WARTAZOA. Vol 21, No.3.

Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Mekanisme Ilmiah Penyebab Bau Hujan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.



Sering kali ketika hujan, kita mencium aroma unik dan menenangkan yang sering dikenal sebagai aroma tanah atau aroma hujan. Aroma tanah saat hujan ini dikenal sebagai “Petrichor”. Ada beberapa alasan terkait munculnya aroma ini. Dua penyebab utama munculnya aroma tanah adalah senyawa volatil dari tumbuhan dan geosmin yang diproduksi oleh Actinomycetes yaitu dari genus Streptomyces.

Actinomycetes sebagai mikroorganisme yang secara alami berhabitat di tanah menjadikannya sebagai salah satu dari mikroorganisme yang berperan dalam munculnya aroma tanah atau ‘earth smell’. Actinomycetes diketahui menghasilkan senyawa Geosmin yang dikenal sebagai Earthy-Smelling Substance. Geosmin berasal dari bahasa yunani; “Ge” = bumi dan “osme” = aroma. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Thaysen dan Pentelow (1936) yang dikutip oleh Gerber dan Lechevalier (1965) menemukan ekstrak dari Actinomycetes mengandung senyawa terlarut yang berbau dengan kosentrasi yang cukup tinggi. 

Senyawa tersebut akan terlarut dengan air hujan ketika hujan turun dan mengalir ke berbagai tempat dan menyebarkan aroma yang dikenal dengan bau tanah. Penelitian yang dilakukan oleh Gaines and Collin (1963) menyebutkan salah satu spesies yang memproduksi geosmin adalah Streptomyces odorifer dan menjelaskan bahwa aroma tanah yang muncul merupakan kombinasi dari beberapa senyawa seperti asam asetat, asetal dehid, ethil alkohol, isobutyl alkohol, isobutyl asetat dan amonia. Apabila musim kemarau tiba dan geosmin yang diendapkan pada tanah kering bercampur dengan senyawa yang bersifat asam maka geosmin akan berubah menjadi ‘Argosmin’. Argosmin merupakan bentuk inaktif dari geosmin dan tidak menghasilkan aroma khas. Oleh karena itu tidak tercium aroma khas ketika musim kemarau tiba.

Selain geosmin dari mikroorganisme Actinomycetes, senyawa volatil aromatik yang dihasilkan oleh tumbuhan juga menjadi salah satu penyebab munculnya aroma tanah yang khas setelah hujan. Selama musim kemarau, beberapa jenis tumbuhan aromatis mengsekresikan minyak aromatik yang akan diserap oleh tanah dan batu di sekitar tumbuhan tersebut. Minyak aromatik ini terdiri dari asam lemak yaitu Asam stearat dan asam palmitat. Ketika air hujan turun dan masuk ke tanah melalaui pori-pori tanah maka senyawa volatil aromatik tersebut akan larut dalam gelembung-gelembung air yang nantinya akan naik ke permukaan tanah. 

Ketika sudah berada di atas permukaan tanah maka gelembung air tadi akan terpecah dan melepaskan partikel mikroskopik (senyawa volatil aromatik) yang disebut aerosol di udara sehingga terciumlah aroma khas tanah ketika hujan yang dikenal sebagai ‘Petrichor’. Para peneliti menyimpulkan bahwa aerosol inilah yang membawa partikel aroma hujan atau aroma tanah (Jyoti, 2016).

Penulis: Arista Suci Andini, M. Si.

Referensi:
  1. Gaines, H.D dan R.P. Collins. 1963. Volatile Substances Produced by Streptomyces odorifer. Lloydia. 26:247-253 
  2. Gerber dan Lechevalier.1965.Geosmin, an Earthy-Smelling Substance Isolated from Actinomycetes.Applied Microbiology.Vol.13, No.6
  3. Jyoti, Dhrubo Sen. 2016. Moist Earth Smelling Geosmin As a Terpene Bicyclic Alcohol. World Journal of Pharmaceutical Research. Vol.5, No 8: 01-08.




Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Mekanisme Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Antibiotik adalah segolongan molekul yang memiliki efek untuk menekan atau menghentikan proses biokimia dalam suatu organisme khususnya pada kasus infeksi mikrobia. Mikrobia yang pada awalnya bersifat sensitif terhadap antibiotik dapat mengalami perubahan sifat genetiknya menjadi kurang ataupun tidak sensitif. Hal tersebut disebabkan oleh mikrobia memperoleh elemen genetik yang membawa sifat resisten atau acquired resistance. Resistensi dapat terjadi melalui dua cara yaitu transduksi dan konjugasi. Pada jalur transduksi, faktor kekebalan dipindahkan dari mikrobia resisten ke mikrobia sensitif dengan perantara bakteriofaga. Dalam proses tersebut yang ditransfer adalah materi DNA-plasmid yang mengandung faktor resistensi. Bagian yang ditransfer hanya infectious plasmid (Laura, 2009).

Mekanisme resistensi terhadap antimikrobia digunakan untuk menangani penyakit patogen. Penggunaan antimikrobia secara berlebih telah memicu munculnya resistensi terhadap antimikrobia, dan hal ini terjadi pada sebagian besar bakteri yang memiliki sensitivitas tinggi (Poole, 2002). Perubahan dari target obat yang mengganggu batasan interaksi antibiotik menghalangi kemampuan bakteriosidal atau bakteriostatik dan memicu resistensi. Terdapat beberapa mekanisme genetik yang memengaruhi mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik. Mekanisme tersebut memunculkan sifat resistensi sebagai hasil dari modifikasi biokimia yang memecah sel tertentu pada bakteri yang dalam keadaan normal bersifat sensitif terhadap antibiotik.



Salah satu contoh modifikasi biokimia yang memicu resistensi yaitu produksi enzim yang menginaktivasi antibiotik, serta pemecahan protein, enzim, atau target reseptor antibiotik. Selain itu, aktivasi pompa efflux akan menyingkirkan dan mendorong antibiotik menjauh dari sel. Destruksi protein dinding sel oleh bakteri juga akan mencegah antibiotik masuk ke dalam sel bakteri. 

Mekanisme utama dari transfer gen bakteri yaitu transduksi dan konjugasi. Transduksi terjadi ketika bakteriofaga melepaskan diri dari satu sel bakteri, membawa beberapa genom bakteri dan kemudian menginfeksi sel lain. Ketika bakteriofag menyisipkan konten genetik ke dalam genom ke sel lain, DNA bakteri sebelumnya juga dimasukkan ke dalam genom. Konjugasi terjadi ketika dua bakteri mengalami kontak fisik satu sama lain dan plasmid, membawa DNA kromosom dan ditransfer dari sel donor ke sel penerima. Plasmid membawa gen yang mengkode enzim yang mampu menonaktifkan antibiotik tertentu. Sumber asli dari gen untuk enzim ini tidak diketahui dengan pasti. Namun, unsur genetik yang disebut transposon ("jumping" gen), memfasilitasi transfer gen resistensi untuk spesies bakteri lainnya. Karena banyak dari plasmid membawa gen resisten antibiotik dapat ditransfer antara spesies yang berbeda dari bakteri, resistensi terhadap antibiotik tertentu dapat berkembang dengan cepat.

Penulis: Arista Suci Andini, M. Si.

Referensi:
  1. Laura L.D. 2009. Antibiotic Resistance : Pediatric Infectious Disease Fellow. United States. 10 (3).
  2. Poole, K. 2002. Mechanism of bacterial biocide and antibiotic resistance. Journal of Apllied Microbiology. 92 : 55-64.




Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Mengoptimalkan Pengalaman Anda saat Menonton Live Draw Sydney Melalui Aplikasi dan Situs Togel Terpercaya

  Mengoptimalkan Pengalaman Anda saat Menonton Live Draw Sydney Melalui Aplikasi dan Situs Togel Terpercaya Dalam era digital seperti sekara...