Tampilkan postingan dengan label Sosiologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sosiologi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Agustus 2016

Pengertian Lengkap Mobilitas Sosial

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Halo sobat pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang mobilitas sosial tidak hanya pengertiannya saja tetapi saya juga akan menjelaskan macam-macam, proses, dan dampak mobilitas sosial silahkan simak penjelasan lengkapnya dibawah ini.

Halo sobat pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang mobilitas sosial tidak hany Pengertian Lengkap Mobilitas Sosial


Pengertian Mobilitas Sosial

Menurut Hartini dan G. Karta Sapoetra, mobilitas artinya pihak-pihak yang bergerak atau sejumlah orang yang bergerak secara sosial. Sosial artinya melibatkan individu atau kelompok masyarakat.

Aminnudin Ram mengatakan bahwa mobilitas sosial adalah sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.

Menurut Soerjono Soekanto mengatakan bahwa gerak sosial atau social mobility adalah gerak struktur sosial (sosial structure) yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.

Jadi, berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli tersebut, mobilitas sosial adalah perpindahan dari struktur sosial ke arah struktur sosial yang lainnya. Perpindahan inilah yang mengakibatkan naik turunnya kondisi status sosial seseorang atau kelompok.

Dalam dunia modern banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok bagi diri mereka.

Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda, mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.

Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata lebih sulit. Contohnya masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta.

Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada di kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari sastra satu ke sastra lain yang lebih tinggi.

Macam-macam Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial terdiri dari 2 macam, yaitu mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal, silahkan simak penjelasannya dibawah ini.

1. Mobilitas Sosial Vertikal

Status sosial seseorang atau kelompok dalam suatu masyarakat biasa mengalami perubahan sebagai konsekuensi dari pelapisan sosial yang bersifat terbuka, ada yang berubah naik, ada yang berubah menurun dan ada pula yang tidak berubah status sosialnya.

Mobilitas sosial vertikal adalah mobilitas yang berakibat naik atau turunnya status sosial seseorang atau kelompok dalam masyarakat. 

Sebagai contoh, seseorang yang semula hidup miskin karena ketekunannya, keuletannya bekerjadan dengan kecerdasannya yang tinggi mampu menduduki jabatan yang tinggi di lingkungan pekerjaannya sehingga secara otomatis merubah status sosialnya yang semula berada dibawah menjadi diatas. Hal ini menunjukan adanya mobilitas vertikal naik. 

Akan tetapi sebaliknya orang yang telah kehilangan jabatan sehingga berubah status menjadi pengangguran, menunjukkan adanya perubahan status yang menurun atau tidak dikatakan sebagai mobilitas vertikal menurun.

Sosial climbing adalah mobilitas sosial yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang.

Sosial climbing memiliki 2 (dua) bentuk, yaitu:
  1. Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, di mana status itu telah tersedia. Contohnya, A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
  2. Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi daripada lapisan sosial yang sudah ada. Contohnya, pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.
Adapun penyebab sosial climbing yaitu sebagai berikut:
  1. Melakukan peningkatan prestasi kerja.
  2. Menggantikan kedudukan yang kosong akibat adanya proses peralihan generasi.

2. Mobilitas Sosial Horizontal

Mobilitas sosial horizontal adalah mobilitas atau perpindahan yang tidak mengubah status sosial seseorang atau kelompok.

Contoh:
  1. Seseorang yang menjadi pedagang pindah ke kota lain juga menjadi pedagang.
  2. Seseorang yang semula menjadi guru pindah ke kota lain juga menjadi guru.
Mobilitas sosial dapat terjadi pada individu, kelompok maupun masyarakat.
  1. Mobilitas sosial individu adalah berpindah atau perubahan status seseorang yang dialami secara personal atau individu. Contohnya: seseora pedagang es yang diterima sebagai pegawai negeri, seorang pedagang yang menjadi pengusaha besar.
  2. Mobilitas sosial kelompok adalah perubahan status sosial yang dialami oleh suatu kelompok masyarakat. Contohnya: pegawai honorer daerah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Kelompok tukang becak dididik menjadi sopir taksi. Kelompok pedagang asongan dilatih menjadi wirausaha yang tangguh.
  3. Mobilitas sosial masyarakat adalah perubahan status sosial masyarakat secara bersamaan. Misalnya, masyarakat desa yang terkena pembebasan lahan ditransmigrasikan ke luar jawa untuk menjadi petani.


Proses Mobilitas Sosial

Proses terjadinya mobilitas sosial dalam masyarakat dapat terjadi karena berbagai faktor antara lain:

1. Keadaan Alam atau Geografis

Keadaan alam yang sudah tidak mendukung keberadaan dan keamanan masyarakat dapat mendorong seseorang atau masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial. Contohnya, karena bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tsunami, membuat orang-orang atau masyarakat mengalami trauma dan ingin pindah ke tempat yang lebih aman dan dapat melanjutkan hidupnya. 

Seperti tragedi jebolnya Tanggul Situgintung, atau di darah Sidoarjo, Jawa Timur yang terkena lumpur panas dari PT. Lapindo.

2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor utama yang mendorong terjadinya mobilitas sosial. Setiap manusia berusaha untuk dapat mengubah kondisi yang dialaminya. Contohnya, seseorang yang berasal dari desa pindah ke kota untuk mendapatkan pekerjaan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya juga keluarganya.

Pada umumnya kota-kota besarlah yang menjadi tujuan mereka yang melakukan mobilitas sosial, dengan harapan di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya mereka dapat memperoleh suatu harapan baru untuk dapat mengubah kondisi ekonominya.

3. Faktor Pendidikan

Setiap orang pada umumnya memiliki cita-cita untuk mendapat pendidikan yang lebih tinggi. Orang tua pun pada umumnya juga menginginkan anak-anaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang melebihi dirinya. Untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi harus melakukan perpindahan ke kota-kota tempat perguruan tinggi tersebut berada.

Misalnya, seorang petani menginginkan anaknya menjadi seorang dokter, maka ia membiayai anaknya sampai lulus perguruan tinggi menjadi sarjana dengan harapan dapat mudah mencari pekerjaan dan memperoleh kedudukan. Hal ini jelas dapat menyebabkan terjadinya proses mobilitas sosial.

4. Persaingan

Persaingan yang terjadi bila antarindividu maupun kelompok mendorong terjadinya mobilitas sosial. Setiap individu atau kelompok pada umumnya berkeinginan untuk dapat melebihi kedudukan atau status dari individu atau kelompok lainnya. Misalnya, persaingan antarrumah tangga yang tinggal di lingkungan kompleks perumahan.

Persaingan kelompok juga mendorong mereka melakukan mobilitas sosial, misalnya kelompok pedagang asongan dengan kelompok pedagang asongan lainnya. Mobilitas sosial yang demikian pada umumnya terjadi di lingkungan kota-kota besar.

Lingkungan masyarakat dengan sistem pelapisan sosial terbuka lebih cepat mengalami mobilitas sosial dibandingkan dengan lingkungan masyarakat yang menganut sistem pelapisan sosial tertutup. Lingkungan masyarakat tertutup biasanya mobilitas sosialnya lambat. Misalnya masyarakat yang masih menggunakan keningratannya.

Dalam hal ini peluang untuk mengalami perubahan cenderung tertutup, karena adanya aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungannya. Di lingkungan masyarakat yang demikian biasanya kedudukan status sosial diperoleh dari warisan dari pola hidupnya cenderung ditentukan oleh orang tuanya.

Dampak Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial dapat menimbulkan dampak positif dan negatif bagi individu maupun kelompok. Mobilitas sosial merupakan suatu hal yang baik terutama dikalangan masyarakat yang bersistem sosial terbuka. Sistem sosial terbuka memberikan kebebasan kepada individu atau kelompok untuk memilih dan mencapai tujuan hidupnya sesuai yang dikehendakinya meskipun tidak selamanya dapat terpenuhi.

Dampak mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Dampak Mobilitas Sosial Naik

  1. Dampak positif: adanya perasaan kepuasan dan kebahagiaan, adanya peningkatan penghasilan dan pemenuhan kebutuhan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, peningkatan sistem sosial.
  2. Dampak negatif: timbulnya kecemburuan sosial, timbulnya ketidakharmonisan hubungan karena perubahan sikap. Contohnya setelah naik statusnya menjadi sombong dan angkuh.

2. Dampak Mobilitas Sosial Menurun

  1. Dampak positif: timbulnya kesadaran atas segala kekurangan dirinya dan berusaha untuk merubahnya, memperoleh pengalaman untuk bekal sehingga lebih berhati-hati dan meningkatkan bahwa manusia memiliki keterbatasan sehingga perlu pendekatan diri kepada sang Maha Pencipta.
  2. Dampak negatif: perasaan tidak puas atau kecewa, perasaan kecemburuan sosial, perasaan rendah diri, timbulnya sikap putus asa atau tidak bersemangat.

Hubungan Struktur Sosial dengan Mobilitas Sosial

Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antarindividu dengan kelompoknya. Misalnya, seorang karyawan di perusahaan pindah ke perusahaan lain dalam status yang lebih tinggi berarti dia melakukan gerak sosial. 

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara struktur sosial dengan mobilitas sosial. Semakin tinggi struktur sosial masyarakat mereka semakin naik mobilitasnya, sebaliknya semakin rendah struktur sosial seseorang, maka mobilitasnya semakin menurun.

Demikian artikel tentang pengertian lengkap mengenai mobilitas sosial ini, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi semua orang.

Sumber https://materiku86.blogspot.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Selasa, 02 Agustus 2016

Pengertian dan Proses Lengkap Terbentuk Stratifikasi Sosial

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Sering kita jumpai dalam kehidupan kehidupan sehari-hari adanya perbedaan antar warga yang satu dan yang lainnya. Seorang warga mendapat penghormatan yang lebih dibandingkan warga lain, meskipun keduanya saling akrab, namun tetap membedakan keduanya. Pembedaan tersebut merupakan contoh adanya sistem pelapisan sosial ditengah kehidupan masyarakat luas.

Berdasarkan pendapat Pitrim Sorokin, sistem berlapis-lapis yang ada di masyarakat teratur merupakan ciri yang tetap dan umum. Selama ditengah masyarakat ada sesuatu yang dianggap berharga maka kepemilikan terhadap hal yang berharga tersebut merupakan bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.

Adapun sesuatu yang dianggap berharga dan dimiliki seseorang dalam kehidupan masyarakat, baik yang sifatnya materi maupun non materi, akan menimbulkan bentuk penghargaan yang merupakan nilai tambahan yang dimiliki seseorang dibandingkan dimiliki oleh orang lain yang tidak memiliki sesuatu yang dianggap berharga atau bernilai oleh masyarakat tersebut.

Adapun bentuk penghargaan tersebut dapat berupa kekayaan, keterampilan, pengetahuan, penghormatan, kekuasaan, dan sebagainya.

Sering kita jumpai dalam kehidupan kehidupan sehari Pengertian dan Proses Lengkap Terbentuk Stratifikasi Sosial


Pengertian Stratifikasi Sosial

Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial adalah perbedaan masyarakat dalam kelas-kelas bertingkat/hireakis. Pelapisan sosial dalam masyarakat tampak dalam bentuk adanya kelas yang memiliki bentuk-bentuk berbeda, yang ada semenjak dahulu sampai sekarang. Semakin majunya peradaban yang ditandai dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi semakin kompleks pula sistem pelapisan yang ada dalam masyarakat.

Pelapisan sosial dalam kehidupan sehari-hari memiliki sejumlah ukuran yang dipergunakan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial, ukuran tersebut yaitu:
  1. Kekayaan, pada umumnya orang kaya memperoleh pelapisan sosial atas ditengah-tengah masyarakat.
  2. Kehormatan, pada masyarakat tradisional, faktor kehormatan menjadi tolak ukur pelapisan sosial, di mana umumnya orang yang pernah berjasa, akum tua, termasuk orang yang disegani menduduki pelapisan sosial atas dalam masyarakat.
  3. Kepandaian, di mana orang yang pandai atau ilmuwan ditempatkan sebagai masyarakat kelompok atas.
  4. Kekuasaan, pada umumnya penguasa atau seseorang yang memiliki jabatan tertentu dengan kewenangan yang lebih banyak atau tinggi, di tengah masyarakat akan menduduki pelapisan sosial atas.


Proses Terbentuknya Pelapisan Sosial

Ada 2 proses terjadinya pelapisan sosial yaitu secara disengaja dan tidak disengaja, simak penjelasannya dibawah ini!

1. Secara Tidak Disengaja

Pelapisan sosial dapat terjadi dengan sendirinya, yaitu sesuai dengan kondisi anggota masyarakat karena aktif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan bernasib baik. Orang-orang semacam ini akan menempati pelapisan sosial atas. Sebaliknya, bagi anggota masyarakat yang malas dan nasibnya kurang menguntungkan, mereka biasanya akan menempati pelapisan sosial bawah. pelapisan sosial di masyarakat dapat terjadi disebabkan adanya kelas, status sosial, dan kekuasaan.

Pelapisan sosial yang terbentuk dengan sendirinya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Pelapisan sosial terbentuk sejalan dengan perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan itu meliputi kehidupan ekonomi, sosial, dan politik.
  2. Pelapisan sosial terbentuk di luar kontrol masyarakat yang bersangkutan misalnya, suatu daerah pertanian diubah menjadi kawasan industri.
  3. Pelapisan sosial terjadi sesuai dengan kondisi sosial budaya di wilayah yang bersangkutan. Kenyataan ini terbukti dari beragamnya diferensiasi sosial antara suatu daerah dengan daerah lainnya.
  4. Kedudukan seseorang dalam suatu lapisan beserta hak dan kewajiban berlangsung secara otomatis. Misalnya turunan pembuka desa (wong baku) dalam masyarakat jawa otomatis mendapat tempat terhormat daripada turunan pendatang (kuli gondok atau lindung).

2. Secara Disengaja

Pelapisan sosial semacam ini menunjukan pada diferensiasi sosial yang dibentuk oleh suatu kelompok sosial atau masyarakat dalam rangka mengejar tujuan tertentu. Apakah tujuan dari pelapisan sosial yang disengaja?

Bahwa uniknya kepribadian manusia mengandung konsekuensi tidak teraturnya tindakan dan interaksi sosial. kalau kondisi ini dibiarkan, kehidupan bersama akan terganggu. Untuk itulah, maka diperlukan upaya mempolakan tindakan dan interaksi sosial yang dapat diwujudkan dengan membentuk pelapisan sosial. Melalui pelapisan sosial, masing-masing warga kelompok sosial menduduki lapisan sosialnya masing-masing. Tiap-tiap warga mengetahui apa yang menjadi hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya.

Dalam kehidupan sehari-hari pelapisan sosial yang terbentuk secara disengaja berlaku dalam badan-badan resmi (organisasi formal) seperti pemerintahan, militer, pendidikan, perusahaan, dan koperasi.


Macam-macam Pelapisan Sosial

Pelapisan sosial terdiri dari 4 macam yaitu sebagai berikut:

1. Pelapisan Sosial Berdasarkan Kelas Sosial

Dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelas yaitu:
  1. Kelas atas (upper class)
  2. Kelas menengah (middle class)
  3. Kelas bawah (lower class)

2. Pelapisan Sosial Berdasarkan Sifatnya

[1] Pelapisan sosial tertutup (clossed social stratification)

Dalam sistem pelapisan sosial tertutup kemungkinan berpindahnya seseorang dari lapisan sosial satu ke lapisan sosial sosial yang lain tidaklah mungkin atau sangat kecil sekali.

Bentuk-bentuk pelapisan sosial tertutup adalah:

(a). Sistem kasta
Menurut Lumberg, kasta adalah suatu kategori yang permanen hierarki bagi para anggotanya ditunjuk dan ditetapkan status yang permanen dalam hierarki sosial, serta hubungan-hubungan yang dibatasi sesuai dengan statsunya.

Ciri-ciri kasta adalah:
  1. Keanggotaannya diperoleh karena arisan atau kelahiran.
  2. Keunggulan yang diwariskan berlaku seumur hidup.
  3. Perkawinan bersifat endogamy, artinya harus dipilih dari orang-orang yang kastanya sama.
  4. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
  5. Kesadaran pada keanggotaan pada suatu kasta tertentu, terutama dari nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat pada kasta-kastanya.
  6. Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
  7. Prestise suatu kasta benar-benar dijaga dan diperhatikan.
  8. Kasta yang lebih rendah merupakan bagian dari kasta yang lebih tinggi sehingga dapat dikendalikan secara terus-menerus.
(b). Sistem kelas sosial
Kelas ini berdasar pada status sosial yang diperoleh melalui suatu usaha tertentu, menurut Karl Marx, kelas sosial adalah kelas yang mempunyai hubungan sebab akibat dengan alat-alat produksi.

(c). Sistem feodal
Sistem feodal memiliki karakteristik selalu ditandai oleh suatu prinsip dasar yaitu pembedaan status seseorang terhadap orang lain. Posisi seseorang dalam masyarakat diberikan dan tidak mungkin berpindah dari satu tingkat ke tingkat lain yang lebih tinggi.

(d). Sistem apartheid
Apartheid menggambarkan pemisahan rasial yang nyata antara penduduk kulit putih, yang merupakan kaum minoritas tapi memimpin dengan penduduk nonkulit putih yang merupakan mayoritas.

Sebagai contoh masyarakat yang menganut kasta adalah masyarakat Hindu Bali yang terdiri atas:
  1. Kasta Brahmana merupakan kasta pendeta, yang dipandang sebagai lapisan tertinggi.
  2. Kasta Ksatria merupakan kasta bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan yang kedua.
  3. Kasta Waisya merupakan kasta pedagang yang dipandang sebagai lapisan menengah (ketiga).
  4. Kasta Sudra merupakan kasta orang-orang biasa atau rakyat jelata.

[2]. Pelapisan sosial terbuka (opened social stratification)

Masyarakat yang menganut sistem pelapisan sosial terbuka akan memudahkan seseorang berganti pelapisan sosial yang semula dibawah menjadi diatas. Contohnya seseorang yang semula miskin karena ketekunan, keuletan bekerja, dan cerdas mampu menduduki jabatan yang tinggi, sehingga secara otomatis merubah pelapisan sosial yang semula dibawah menjadi diatas.


3. Pelapisan Sosial Berdasarkan Kekuasaan

Faktor politik sebagai dasar dalam penyusunan pelapisan sosial membedakan warga masyarakat berdasarkan sejauh mana kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki sehingga didalam masyarakat dikenal adanya:
  1. Kelompok berkuasa.
  2. Kelompok kekuasaan menengah.
  3. Kelompok tidak berkuasa.

4. Pengaruh Industrialisasi terhadap Pelapisan Sosial Masyarakat Indonesia

Struktur pelapisan sosial pada masyarakat industri terdiri dari 3 (tiga) jenjang lapisan sosial yang didasarkan pada ukuran-ukuran berikut.
  1. Tingkat pendidikan industrialisasi mengubah struktur pendidikan anggota masyarakat, karena semakin terbukanya peluang tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
  2. Tingkat prestise atau kehormatan sosial yang berkaitan dengan pekerjaan. Pembagian pekerjaan disesuaikan dengan tingkat keahlian atau profesionalitas sehingga menghasilkan kelompok pekerja kasar (blue collar) dan kelompok pekerja halus (white collar).
  3. Tingkat pendapatan ekonomi menghasilkan kelas-kelas sosial baru yang menciptakan struktur kelas dalam masyarakat berdasarkan pendapatan ekonomi sehingga terbentuk kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah ditinjau dari pendapatan atau penghasilan.


Pengaruh Stratifikasi Sosial 

Pengaruh Stratifikasi sosial dalam perkembangan masyarakat di antaranya:
  1. Adanya penempatan manusia sesuai dengan kedudukan dan peranannya sehingga di masyarakat dikenal dengan adanya jenjang yang menunjukkan strata tinggi rendahnya peranan dan status sosial seseorang.
  2. Memacu seseorang untuk melakukan upaya memaksimalkan mungkin agar mampu meraih jenjang sosial lebih tinggi.
  3. Munculnya kesenjangan sosial antara masyarakat lapisan atas dan masyarakat lapisan bawah.


Demikian artikel tentang pengertian dan proses lengkap terbentuknya stratifikasi sosial ini, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi semua orang.

Sumber https://materiku86.blogspot.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Senin, 01 Agustus 2016

Pengertian dan Jenis Diferensiasi Sosial, Lengkap!

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Di dalam kehidupan masyarakat luas, terdapat suatu ketidaksamaan sosial yang membedakan antara seseorang dengan orang lain. Proses terbentuknya ketidaksamaan tersebut dapat terjadi karena kesengajaan atau karena dibuat oleh masyarakat itu sendiri, tetapi ada juga yang terjadi karena secara alamiah tidak dibuat oleh masyarakat tersebut.

Ketidak samaan tersebut ada yang bersifat horizontal dan ada yang bersifat vertikal. Ketidak samaan sosial yang bersifat horizontal tidak mengandung perbedaan status dan peran yang bertingkat, sedangkan ketidaksamaan sosial yang bersifat vertikal mengandung pengertian pembedaan warga masyarakat berdasarkan pembedaan jenjang atau tingkat status dan peran yang menyangkut perbedaan hak dan kewajiban.

 terdapat suatu ketidaksamaan sosial yang membedakan antara seseorang dengan orang lain Pengertian dan Jenis Diferensiasi Sosial, Lengkap!


Pengertian Diferensiasi Sosial

Diferensiasi sosial adalah pengelompokan masyarakat yang bersifat horizontal. Dalam pengelompokan masyarakat yang disebut diferensiasi sosial tersebut, sama, artinya perbedaan kelompok dalam stratifikasi sosial tidak berakibat pada perbedaan hak, kewajiban, status, dan perannya dalam masyarakat.


5 Jenis Diferensiasi Sosial

Dalam kehidupan masyarakat ditemukan beberapa jenis diferensiasi sosial yaitu:

1. Diferensiasi Ras

Pengertian ras menurut Robertson merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri warna kulit dan fisik tubuh tertentu yang diturunkan secara turun-temurun. Ciri-ciri fisik yang membentuk ras tertentu, antara lain bentuk rambut, bentuk wajah, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut.

Berdasarkan Rasnya penduduk Indonesia dibedakan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu sebagai berikut:
  1. Kelopok Ras Negroid atau Negrito, terdiri atas penduduk orang Semang, di Semenanjung Malaka dan orang Mikopsi di kepulauan Andaman.
  2. Kelompok Ras Papua Melanozoid, terdiri atas penduduk asli daerah Papua, Pulau Aru, dan Pulau Kai.
  3. Kelompok Ras Melayu Mongoloid, terdiri atas: [1]. Kelompok Ras Melayu Tua (Proto-Melayu), misalnya Suku Batak, Toraja, Dayal. [2]. Kelompok Ras Melayu Muda (Deutro-Melayu), misalnya Jawa, Bali, Bugis, Madura.
  4. Kelompok Ras Veddoid, terdiri atas penduduk asli orang Sakai di Kepulauan Riau, orang Kubu di Sumatra Selatan dan Jambi, orang Tomuna di Pulau Muna-Sulawesi Selatan, orang Enggono di Pulau Enggono, orang Mentawai di Kepulauan Mentawai - Sumatra Barat.
Sebagian Negara yang terbuka masyarakat Indonesia membuka kesempatan masyarakat dari bangsa lain untuk keluar masuk Indonesia, diantaranya ada yang menetap di Indonesia sebagai WNI. Oleh karena itu, selain ke empat ras tersebut penduduk Indonesia juga diperkaya dengan ras-ras lain yang menjadi penduduk Indonesia, yakni ras Cina (Kelompok Ras Mongoloid), ras Arab, ras Pakistan dan India termasuk Ras Kaukasoid.

Penggolongan manusia atas ras merupakan konsepsi biologis yang berdasarkan ciri-ciri fisik dan bukan suatu konsepsi kebudayaan. Dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia tidak menganut paham Rasialisme dimana paham ini meyakini bahwa kelompok ras tertentu lebih unggul dari pada kelompok ras lainnya. Dalam arti luas, kemajemukan ras di Indonesia tidak dipandang sebagai bentuk pelapisan sosial melainkan dipandang sebagai dasar diferensiasi sosial, yang menganggap sama derajatnya terhadap semua orang dari berbagai ras.

2. Diferensiasi Suku Bangsa

Indonesia merupakan negara kepulauan di antaranya pulau satu dan lain saling terpisah, sehingga di Indonesia terdapat berbagai jenis suku bangsa. Adapun pengertian suku bangsa atau etnis adalah suatu kelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan dengan corak khas. Suku bangsa atau etnis dapat pula diartikan sebagai suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dalam identitas akan kesatuan kebudayaan. Antara suku bangsa yang satu dengan yang lain dibedakan berdasarkan perbedaan adat istiadat dan bahasa. 

Perbedaan tersebut secara terperinci meliputi:
  1. Perbedaan adat istiadat.
  2. Perbedaan bahasa.
  3. Perbedaan teknologi.
  4. Perbedaan tata susunan kekerabatan.
  5. Perbedaan kesenian daerah.
  6. Perbedaan sistem mata pencaharian.
Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan bahasa dan adat istiadat dalam masyarakat Indonesia yaiut:
  1. Wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang dibatasi lautan.
  2. Keadaan alam dan letak geografis yang berbeda.
  3. Lingkaran hukum adat dan kemasyarakatan yang berlainan.
  4. Latar belakang sejarah yang berbeda.
Dari hasil penelitian Hilderd Geertz, masyarakat Indonesia terdiri atas 300 suku bangsa, dan 360 bahasa daerah, yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan bentuk negara dengan masyarakat majemuk. Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas beranekaragam suku bangsa atau etis memperkaya kebudayaan nasional Indonesia yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia di masyarakat dunia.

Namun demikian perbedaan etnis atau suku bangsa tidak menunjukkan bentuk pelapisan sosial melainkan sebagai bentuk diferensiasi sosial yang merupakan pembedaan yang bersifat horizontal. Keadaan masyarakat yang menunjukkan kemajemukan suku bangsa di Indonesia tidak membentuk paham etnosentrisme, yaitu suatu paham yang menganggap kebudayaan suku bangsa tertentu lebih tinggi dibandingkan kebudayaan suku bangsa lainnya.

3. Diferensiasi Jenis Kelamin

Secara alamiah berdasarkan jenis kelamin atau gender, manusia diseluruh dunia dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan. Pembedaan berdasarkan jenis kelamin ini bersifat horizontal sehingga membentuk diferensiasi sosial. Dalam hal ini, mengandung satu pengertian bahwa jenis kelamin laki-laki bukan lebih tinggi dibandingkan perempuan atau sebaliknya karena perbedaan yang ada justru saling melengkapi dan menyempurnakan bentuk kehidupan.

Gerakan perempuan yang menuntut kesetaraan gender menghasilkan bentuk gerakan sosial berupa emansipasi wanita, sekaligus merupakan penegasan bahwa jenis kelamin bukan merupakan bentuk pelapisan sosial, di mana laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama.

4. Diferensiasi Klan

Klan adalah bentuk kesatuan masyarakat yang berdasarkan genelogis atau pertalian darah. Klan terdapat dalam suatu masyarakat yang menganut suatu sistem kekerabatan unilateral, yaitu yang mempergunakan garis keturunan sebagai dasar ikatan kekerabatan, antara lain:
  1. Martilineal, yaitu hubungan keturunan dari pihak ibu sebagai ikatan klan, terdapat pada masyarakat suku bangsa Minangkabau.
  2. Patrilineal, yaitu hubungan keturunan dari pihak ayah sebagai ikatan klan, terdapat pada masyarakat suku bangsa Batak.
Tidak ada perbedaan hak dan kewajiban atau status dan peranan sosial antara klan satu dengan yang lain sehingga mereka memiliki kedudukan yang sama, artinya klan tertentu tidak lebih unggul dibandingkan klan yang lain. Dalam hal ini klan bersifat horizontal.

5. Diferensiasi Agama

Secara umum pola kehidupan manusia diatur oleh sistem religi atau sistem kepercayaan yang dikenal dengan agama. Agama mengatur bagaimana seharusnya berperilaku semasa hidup di dunia agar nantinya dalam kehidupan setelah kematian akan memperoleh kebahagiaan yang abadi. Di dunia ini berkembang bermacam-macam agama yang masing-masing memiliki sejumlah pengikut yang setia menjalankan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya.

Keanekaragaman agama yang tumbuh di tengah masyarakat merupakan bentuk diferensiasi sosial di mana setiap pengikut agama memiliki derajat yang sama. Pembedaan sosial berdasarkan agama sifatnya horizontal.


Demikian artikel tentang pengertian dan jenis diferensiasi sosial ini, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi semua orang.

Sumber https://materiku86.blogspot.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Pengertian Struktur Sosial, Lengkap!!!

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Struktur sosial adalah bagian dari ilmu sosiologi yaitu suatu konsep yang menggambarkan bentuk sistem global yang menjabarkan tentang hubungan antara individu, kelompok, dan organisasi dalam kemasyarakatan. Struktur sosial dilihat dari konsepnya diartikan dengan arti yang berbeda, dan kadang-kadang didefinisikan dengan dengan sama sistem sosial atau organisasi sosial yang diatur oleh norma-norma dan nilai.

Struktur sosial adalah bagian dari ilmu sosiologi yaitu suatu konsep yang menggambarkan be Pengertian Struktur Sosial, Lengkap!!!

Struktur sosial mencakup susunan status dan peran yang terdapat di dalam satuan sosial ditambah nilai dan norma yang mengatur interaksi antar status sosial dan peran sosial. Setiap unsur yang membentuk struktur sosial tersebut berkaitan dengan berbagai segi kehidupan antara lain segi ekonomi, politik, hukum, sosial, dan saling memengaruhi. Misalnya segi ekonomi selalu berhubungan dengan segi politik, segi politik selalu berhubungan dengan segi hukum, dan seterusnya. Secara ringkas, pengertian istilah struktur sosial dapat diartikan pula sebagai jalinan unsur-unsur sosial yang paling pokok.

Pada hakikatnya setiap manusia terkait dengan struktur sosial masyarakat di mana ia menjadi anggotanya, artinya setiap orang termasuk ke dalam satu atau lebih kelompok, kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan, kekuasaan, dan wewenang yang terdapat dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena manusia memiliki berbagai keperluan yang terdiri dari keperluan bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lain-lain serta untuk memenuhi keperluan tersebut ada berbagai cara yang dilakukan.

Berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan bagi hidupnya, manusia melakukan interaksi sosial dengan pihak lain atau lembaga yang menyediakan kebutuhan tersebut, contohnya:

  1. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, seseorang dapat berhubungan dengan pedagang atau pengusaha barang ekonomi yang diperlukan.
  2. Untuk memenuhi kebutuhan akan perlindungan hukum, seseorang dapat berhubungan dengan pengacara atau menghubungi lembaga bantuan hukum.

Bentuk kehidupan bersama merupakan satuan-satuan sosial yang dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
  1. Satuan sosial yang besar, meliputi suku bangsa, organisasi atau perkumpulan, negara, dan badan internasional.
  2. Satuan sosial kecil, meliputi keluarga kerabat, komunitas, dan lainnya.


4 Elemen Dasar Struktur Sosial

Struktur sosial mempunyai 4 elemen dasar yaitu:

1. Status Sosial

Status sosial menyajikan bentuk dan pola identitas sosial, keberadaan seseorang individu dalam kehidupan masyarakat memiliki status, yakni posisi yang disandang oleh seseorang individu yang mengandung hak dan kewajiban tertentu. Pelanggaran kewajiban akan menghasilkan sanksi negatif bagi penyandang suatu status.

Kehidupan seseorang di masyarakat pada umumnya mengandung lebih dari satu status. Hal ini dapat dialami oleh seorang siswa, di sekolah sebagai siswa, sedangkan kalau di rumah berperan sebagai anak, dilingkungan pemukimannya ia dapat berperan sebagai ketua karang taruna dan sebagainya. Dalam hal ini masing-masing status dapat saling berhubungan, tetapi dapat juga tidak.

Adanya status sosial membawa dampak pada peranan sosial. Sebagai contoh, seorang anak dirumah sebagai ketua karang taruna di lingkungan pemukimannya ia harus mampu menjadi penggerak kegiatan muda-mudi dan memiliki tanggung jawab untuk memutuskan suatu hal yang berkaitan dengan kegiatan organisasi yang dipimpinnya. Seseorang yang menyandang jabatan hendaknya berperilaku sesuai dengan konsekuensi jabatan yang disandangnya.

Banyak sedikitnya status yang disandang seseorang berpengaruh terhadap frekuensi interaksi sosialnya dengan orang lain. Semakin banyak status dan peran sosial seseorang dalam masyarakat semakin beragam pula interaksinya dengan pihak lain.

Kedudukan atau status dan peranan seseorang dalam berinteraksi didasarkan pada nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Status sosial menunjukkan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat sehubungan dengan warga lainnya mencakup perilaku, hak, dan kewajiban.

Dengan demikian, status sosial merupakan kedudukan sosial seseorang dalam kelompok masyarakat (meliputi keseluruhan posisi sosial yang terdapat dalam kelompok masyarakat). Status sosial dibagi menjadi 3 macam yaitu:
  1. Ascribed Status. Status yang diberikan seseorang oleh masyarakat tanpa memandang bakat atau karakteristik unik orang tersebut (didapat secara otomatis melalui kelahiran/keturunan). Contoh: keturunan kerajaan, kasta.
  2. Achieved Status. Status yang didapat seseorang karena usaha-usahanya sendiri, seseorang harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan statusnya, seperti bersekolah, berketerampilan, menciptakan sesuatu yang baru. Status yang diperoleh melalui perjuangan. Contoh: mahasiswa, dokter, hakim, guru, dan lainnya.
  3. Assigned Status. Status yang diberikan kepada seseorang karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk masyarakat. Contoh: peraih gelar Doktor HC, pahlawan, peraih novel, dan lainnya.

2. Peranan Sosial

Peran sosial adalah seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati suatu posisi atau status sosial. Contoh: Pak Narji adalah seorang polisi, beliau mendapati anaknya sebagai pelanggar hukum, Pak Narji harus melakukan perannya sebagai polisi, walaupun bila berada dirumah, beliau berperan sebagai ayah bagi anaknya tersebut. Peran sosial memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain.

Adapun peranan sosial merupakan aspek dinamis dari status sosial dimana seseorang menjalankan peran sosialnya. Yang dimaksud peran sosial adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status tertentu. Dari pengertian itu berarti individu yang mempunyai kedudukan tertentu diharapkan memiliki perilaku tertentu pula. Misalnya perilaku yang diharapkan guru dari seorang siswa adalah rajin belajar, mempunyai sopan santun, mau mendengarkan nasihat guru, tidak melanggar tata tertib sekolah dan sebagainya.

Berdasarkan cara memperolehnya peran sosial dapat diklasifikasikan menjadi:
  1. Peran pilihan (Achieved roles), yaitu peranan yang hanya dapat diperoleh melalui usaha tertentu, hal ini berkaitan dengan achieved status atau status yang diusahakan.
  2. Peran Bawaan (Ascribe roles), yaitu peran yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha tertentu. Peran sosial ini berkaitan langsung dengan status bawaan (Ascribe status).
  3. Peran yang diharapkan (Expected roles), yaitu peranan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan bersama. Peran sosial ini sangat penting demi memelihara keteraturan sosial.
  4. Peran yang disesuaikan (Actual roles), yaitu peranan yang dilaksanakan sesuai dengan situasi.

3. Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah sekumpulan orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan harapan yang sama serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi. Contoh: kelompok belajar, kelompok pengajian, kelompok arisan.


4. Institusi

Institusi merupakan pola terorganisasi dari kepercayaan dan perilaku yang dipusatkan pada kebutuhan dasar sosial. Contoh: sekolah.



Demikian artikel tentang pengertian struktur sosial ini, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi semua orang.

Sumber https://materiku86.blogspot.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Mengoptimalkan Pengalaman Anda saat Menonton Live Draw Sydney Melalui Aplikasi dan Situs Togel Terpercaya

  Mengoptimalkan Pengalaman Anda saat Menonton Live Draw Sydney Melalui Aplikasi dan Situs Togel Terpercaya Dalam era digital seperti sekara...