Libur lebaran kemarin tentu memiliki cerita dan setiap cerita tentu harus diabadikan dengan tulisan. Kali ini saya akan bercerita sedikit tentang kunjungan kami sekeluarga ke Yogyakarta. Yogyakarta adalah tanah kelahiran saya dan tentu setiap lebaran pasti akan mudik untuk kembali ke kota yang ramah ini. Kami sekeluarga berangkat dari Cirebon naik Fajar Utama Yogya jam 9 pagi hari. Perjalanan ditempuh selama 5 jam lebih sedikit. Dari stasiun kami lanjutkan perjalanan sampai ke Bantul.
Tiba di Yogya tentu kami mengunjungi beberapa spot lokasi wisata dan Malioboro adalah salah satu lokasi favorit yang selalu dikunjungi. Di hari kedua kami berangkat dengan motor menuju pusat kota Yogya dengan motor. Hari saat itu cerah sekali dan sangat cocok untuk jalan-jalan. Kami menyusuri jalan Paris alias Parangtritis menuju pusat kota. Jalanan lancar di Paris namun masuk ke Prawirotaman mulai padat hingga Pojok Benteng Wetan. Motor dipacu pelan-pelan kemudian sampai di Malioboro.
Malioboro selalu penuh oleh wisatawan saat liburan tiba karena tempat ini menjadi salah satu ikon Jogja. Kawasan Malioboro kini tengah ditata menjadi kawasan semi pedestrian agar menambah kenyamanan dan estetika pengunjung tentunya. Namun satu hal yang sangat saya sayangkan adalah Malioboro sangat panas sekali saat siang hari, karena tidak ada pepohonan peneduh bertipe kanopi.
Teras tempat duduk pun kosong di siang hari karena siapa yang tahan panasnya matahari di siang bolong. Saya harap pemda setempat mulai menanam pohon-pohon bertipe kanopi agar pengunjung nyaman berjalan-jalan di siang hari.
Kawasan Malioboro panas di siang hari, tidak nyaman |
Jika Malioboro sudah rindang dan teduh dari ujung utara ke selatan pastinya nanti pengunjung akan semakin betah menghabiskan waktu di tempat ini. Saya berharap nantinya Malioboro semakin baik dan menjadi kawasan pedestrian unggulan di Indonesia.
Sumber https://geograph88.blogspot.com/Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.